Minggu, 06 Oktober 2013

Tugas 2 bahasa indonesia



Pemilu 2014, Dimana Posisi Anak Muda?

“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda” –Tan Malaka – 

Menjelang pemilu 2014, banyak kalangan yang bergeliat. Tentu saja pemilu merupakan kejadian yang amat menarik untuk  disimak serta diulas. Bukan hanya partai politik yang sibuk mempersiapkan diri untuk pemilu, namun banyak kalangan yang tertuju pada pemilu tahun 2014. Mulai dari pengamat politik yang sibuk memberikan analisa dan ramalan politik hingga supir angkot di terminal yang hanya sekedar bergosip politik. Kelompok masyarakat sipil pun seolah tidak mau ketinggalan gerbong, ada kelompok masyarakat yang sibuk menjual dukungan kepada parpol hingga aksi kritis mahasiswa yang menuntut serta mengawal proses pemilu agar bersih dan berkualitas. Pada bulan yang lalu, GEPAK pun menyelenggarakan seminar dengan tema Pemilu dan Korupsi di Universitas Negeri Jakarta.

Partai Bulan Bintang (PBB) adalah partai terakhir peserta pemilu 2014. Artinya dalam pemilu nanti terdapat sebanyak 14 kontestan yang akan bersaing dalam pesta demokrasi. Dengan menganut sistem proporsional terbuka, maka kita akan disuguhi begitu banyak calon anggota legislatif, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat kabupaten kota. Bisa kita bayangkan, betapa sulitnya masyarakat menentukan pilihan politiknya. Hiruk pikuk politik pun sudah bisa kita bayangkan. Para calon anggota legislatif pasti siapkan jurus jitu “jualan kecap” agar dikenal oleh masyarakat, setidaknya masyarakat pernah melihat wajahnya dalam sebuah spanduk atau baliho. Salah memilih tentu fatal akibatnya. Tentu kita tidak mau mengulangi kesalahan dengan memilih calon wakil rakyat berwatak dan berperilaku korup.

Tahun 2013 adalah tahun politik, tahun dimana semua kontenstan pemilu berupaya sekuat tenaga untuk menghadirkan kekuasaan kepangkuannya. Semua cara dilakukan, mulai aksi simpatik mengunjungi pesantren, tempat ibadah, pasar tradisonal dsb hingga sibuk dengan aktivitas membongkar dosa-dosa lawan politik masing-masing. Entah kebetulan atau tidak, namun Anas Urbaningrum (Mantan Ketum PD) dan Lutfi Hasan Ishaaq (Mantan Ketum PKS), dijerat Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) ditahun politik 2013. Para kontestan pemilu tentu memerlukan dukungan logistic, baik untuk parpol maupun untuk kebutuhan pribadi calon anggota legislatif. Dalam era demokrasi liberal, ongkos politik menjadi sangat mahal. Oleh karena itu, tidak heran pengusaha menjadi incaran banyak partai politik. Pengusaha diharapkan bisa membantu pendanaan pemilu yang terlanjur mahal.

Sebagai wujud manifestasi demokrasi, pemilu diharapkan menjadi “pintu baru” bagi masa depan bangsa. Hakekatnya pemilu adalah sarana memberi legitimasi public kepada calon wakilnya. Salah memilih tentu akan berdampak pada kondisi bangsa kedepan. Sudah saatnya kita menciptakan pemilu berkualitas. Bukan hanya menjadi rutinitas 5 tahunan, namun yang lebih substantif, pemilu diharapkan melahirkan pemimpin yang mampu membawa perubahan. Terlalu mahal ongkos yang dibebankan kepada rakyat, jika pemilu hanya menjadi bidan bagi kelahiran para pejabat busuk. Pertanyaan sederhana, dimana posisi anak muda pada saat pemilu? Hari ini kita telah masuk kedalam era kebebasan. Partisipasi politik tentu saja sangat diharapkan keberadaannya.  Anak muda tidak boleh lagi hanya menjadi objek politik, namun harus bergerak menjadi subjek politik yang ikut menentukan arah serta memberi warna dalam pemilu.

POSISI ANAK MUDA DI PEMILU 2014
Dalam setiap tulisan yang pernah saya baca mengenai pemuda, selalu disebutkan bahwa anak muda khususnya mahasiswa adalah agent of change atau agen perubahan. Anak muda bisa menentukan bahkan membuat sejarahnya sendiri. Di Indonesia pun, semua sudah tahu bagaimana anak muda memainkan peranannya dalam setiap episode perubahan. Mengapa harus pemuda ? karena pemuda memiliki karakteristik yang khas. Mereka kuat, tangguh, militan, tak kenal kompromi dan memiliki satu kemewahan yang disebut oleh Tan Malaka sebagai Idealisme.

Apalagi kalau kita melihat fakta bahwa jumlah populasi anak muda di Indonesia tidak sedikit. Empat puluh persen populasi penduduk Indonesia adalah anak muda di usia 15-30 tahun. Usia produktif. Kita semestinya tidak hanya melihat generasi muda sebagai angka/ statistik. Presensi mereka harus kita lihat dan ukur sebagai potensi. Potensi perubahan sosial di masyarakat.

Menilik hal tersebut, tentunya anak muda memiliki potensi besar untuk mengubah dan mendobrak tata nilai usang. Pemuda sejatinya bergerak menuju kerja kontruktif. Oleh karenanya, cukup mengherankan bila anak muda hari ini tidak peduli terhadap lingkungan sosialnya. Mereka apatis seolah membenarkan tindakan busuk para pejabat. Namun saya percaya, jumlah pemuda yang masih peduli dengan kondisi bangsa tidak sedikit. Setidaknya bila melihat timeline di media sosial Twitter, kita akan menjumpai banyak komentar anak muda yang masih kritis melihat fenomena carut marutnya kondisi bangsa saat ini. setidaknya itu bisa menjadi potensi energy perubahan bangsa.

Dalam konteks pemilu 2014, sudah menjadi kewajiban bagi anak muda khususnya mahasiswa untuk berperan dan mengambil posisi strategis. Anak muda tidak boleh lagi hanya menjadi objek politik yang hanya digunakan suaranya. Anak muda harus bertransformasi menjadi agen yang mengajak masyarakat agar tidak salah memilih wakilnya. Anak muda tidak perlu bergenit-genit ria masuk dalam pusaran politik praktis. Anak muda harus berdiri pada satu pendirian dan tata nilai yang baik untuk kemajuan demokrasi. Mahasiswa harus berani melawan seniornya yang tidak memiliki integritas, bukan malah membela secara membabi buta.
Terakhir, saya ingin mengajak seluruh anak muda untuk bersama mengawal proses pemilu agar tercipta pemilu yang bersih dan berkualitas. Kita tidak boleh selalu tertipu mulut manis para elit politik. Anak muda harus senantiasa mengawasi serta mengkritisi para calon wakil rakyat yang bermasalah. Membangun sebuah gerakan mengawal pemilu adalah keharusan, bagaimana teknisnya silahkan berdiskusi dan berdialektika, namun muaranya harus bersenyawa menjadi gerakan massif. Now or not at all !

Penulis adalah : Ketua Umum DPP Gerakan Pemuda Anti Korupsi (GEPAK)