1. biaya telekomunikasi di Indonesia masih mahal / sudah murah, bandingkan juga dengan negara lainnya
Ukuran mahal itu apa? Mahal atau murah sering dikaitkan dengan rata-rata
pendapatan masyarakat (income per kapita) dan mutu atau kualitas sebuah produk
atau jasa. Dalam kaitan judul postingan ini kita kaitkan dengan Jasa layanan
Internet.
Menurut beberapa analisa, tarif internet kita murah. Tapi tahukan kita bahwa tarif internet di hampir seluruh dunia ternyata lebih murah dari yang berlaku di negara kita?
Salah satu kajian itu adalah seperti informasi yang
diterbitkan oleh Badan Komunikasi PBB (ITU)
yang berjudul “Mengukur Masarakat Informasi 2010″ memberi kesimpulan
atas hasil kajian di 154 negara, bahwa :
1. Tarif internet termasuk sarana komunikasi dan informasi diberbagai
belahan dunia mengalami penurunan, sedangkan pelyanan di bidang tersebut
mengalami peningkatatan pesat.
2. Rata-rata penurunan tarif Komunikasi dan Informasi itu berkisar antara
40% - 42%.
3. Jumlah pelanggan telepon seluler (yang mampu mengakses layanan
informasi dan komunikasi dan internet) mencapai 5 Milyar orang di seluruh
dunia.
4. Negara yang paling murah mengenakan tarif Komunikasi dan Informasi
(termasuk internet) adalah : Hongkong, Singapore, Kuwait, Luxemburg, AS,
Denmark, Norwegia, Inggris dan Selandia Baru.
5. Cina dan Makao merupakan
wilayah yang paling murah mengenakan tarif Komunikasi dan informasi.
Dimanakah letak ukuran mahal atau murah tarif Komunikasi dan Informasi
negara kita? Banyak kita temukan perang tarif berbagai operator seluler di
negara kita, hampir semua operator menerikkkan “yel-yel” yang sama bahwa mereka
memberikan tarif dan layanan yang murah dan mudah. Tapi apa yang terjadi :
• Sepertinya ada semacam
kesepakatan mirip menjembak konsumen kita yang belum perduli betul
dengan kondisi yang sebenarnya terjadi. Kesannya ada semacam “Kartel” yang
berpengaruh di negara kita dalam menerapkan tarif. Semua sepakat seolah-olah
perduli dengan tarif, kenyataannya malah menjebak dengan trik and tips
masing-masing yang semuanya bermuara pada kondisi “Pertahankan Profit Margin
Optimal”
• Jika ada tarif yang lebih murah, mereka mempermainkan pelanggan di
bidang lainnya, kecepatannya dikurangi, diberi quota khusus, diberi limit waktu
yang sifatnya situasinonal dan kondisional, atau malah hanya berlaku pada dari
jam tertentu ke jam tertentu. Paling sering dialami pelanggan adalah terpkasa
gonta-ganti kartu baru dengan harga yang relatif mahal.
Atas kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil kebijakan untuk
menurunkan tarif intenet (Komunikasi dan Informasi) sebesar 42%
seperti yang telah disampaikan
oleh Dirjen Postel Basuki Yusuf dan Menkominfo Tiafatul Sembring pada Juni 2010
lalu yang belum terealisir hingga saat ini.
Mahalnya tarif internet juga diakuit oleh
Kepala Pusat dan Humas Kemkominfo, Gatot S Dewa Broto, tujuan utama dari
kebijakan pemerintah meyelenggarakan telekomunikasi untuk akses broadband
menggunakan spektrum frekuensi Broadband Wireless Access (BWA) dan seleksi
penyelenggaraannya pada pita 2.3 GHz dan 3.3 GHz untuk mendorong ketersediaan tarif akses internet
yang terjangkau (murah) di Indonesia, seperti yang dsiampaikan oleh Suara
Media.com pada Maret lalu.
Sebagai pembanding mahal atau murah mari kita lihat tarif Telkom (speddy)
yang kita anggap tarif termurah di tanah air bandung dengan tarif metrodatapath
yang berkedudukan di Arizona AS, sebagai
berikut ;
Penyebab
tarif ICT yang Mahal.
Mahalnya
tarif Internet di Indonesia diakui juga oleh pendatang baru dalam layanan
Internet berteknologi tinggi, yakni berbasis WIMAX (worlwide interoprability
for micorwafe Access) yaitu sebuah perusahaan penyedia jasa internet yang baru
operasi di tanah air yakni PT First Media tbk, perusahaan yang menjanjikan
mampu mengurangi biaya pemakaian
internet perbulan dari Ro.750 ribu
/Mbps menjadi Rp.300 ribu hingga Rp.500
ribuan per bulannya untuk 1 Mbps.
Pertanyaannya,
mengapa perusahaan itu bisa menghadirkan tarif yang lebih kompetitif, padahal
teknologi yang digunakannya tergolong canggih yakni menggunakan teknologi
spektrum pita lebar seperti wi-fi yang mampu memberi layanan setara dengan 75
Mbps.
Apakah
operator penyedia layanan Informasi dan
Komunikasi tidak menggunakan teknologi ini atau pura-pura tidak
mempublikasikan pemakaian teknologi atau malah menutup-nutupi infirmasi tentang
hal ini agar masyarakat teknologi tidak terpancing melihat ke arah ini?
Katakanlah masyarakat awam tidak perduli dengan hal ini tapi masyarat
intelektual yang mengetahui hal ini apakah bisa diabaikan begitu saja?
Memang ada
yang mengatakan bahwa mahalnya tarif intenet di negara ini ada kaitan dengan
jenis serat optik yang dipakai (tertanam di dasar laut). Negara kita yang
posisinya berada di Katulistiwa terlalu jauh jangkauannya menuju penyedia
internet di AS. Semakin jauh jauh dengan
penyedia Internet semakin panjang bula Backbone atau kabel serat optik tadi
diperukan, artinya semakin besar biaya investasinya.
Berbeda
dengan jepang, Taiwan dan China yang relatif
lebih dekat kita mau tidak mau harus melalui jarak yang
panjang tersebut. Dalam hal ini kita
mendapat Backbone Tier-1 oleh pemilik Backbone di AS. Disamping
jarak Backbone yang panjang, kita juga hanya memiliki 2 routing (akses) saja yakni Routing Singapore dan Routing Australia. Berbeda dengan
negara-negara tersebut di atas, mereka route yang lebih banyak, yakni Rusia,
China, Taiwan dan AS. Semakin banyak route nya semakin kompetitiflah harganya.
Jika mengacu
kepada persoalan backbone dan routing
yang mahal, sementara di sisi lain ternayta ada perusahaan penyedia
layanan tarif yang mampu menekan harga hingga 42% seperti di atas, jadi
sebetulnya apa yang tejadi? Kenapa tarif internet (ICT) kita masih tergolong
mahal. Menurut data badan komunikasi dunia (ITU) kita malah tidak termasuk
dalam kelompok negara yang menerapkan tarif murah?
Sekadar
perbandingan tarif operator yang reguler (Non Promosi) yang dikutip dari
Babeh.net.com hari ini (2 Januari 2011), tarifatau biaya internet berbasis
volume (Based volume) di negara kita dapat dilihat sebagai berikut :
XL 3G HSDPA
• Paket Xplorer (kuota 250 MB). Biaya Rp
99 rb/bulan
• Paket Xtion (kuota 1 GB). Biaya Rp 279
rb/bulan
• Paket Xtreme (kuota 3 GB). Biaya Rp
499 rb/bulan
Kelebihan
pemakaian dikenakan biaya Rp 0,4/KB
Telkomsel Flash
• Paket Basic (kuota 500 MB). Biaya Rp
125 rb/bulan
• Paket Advance (kuota 1 GB). Biaya Rp
225 rb/bulan
• Paket Pro (kuota 3 GB). Biaya Rp 400
rb/bulan
Kelebihan
pemakaian dikenakan biaya Rp 1/KB
Indosat 3,5G
• Paket Economy (kuota 500 MB). Biaya Rp
90 rb/bulan
• Paket Extra Light (kuota 1,25 GB).
Biaya Rp 200 rb/bulan
• Paket Medium (kuota 3 GB). Biaya Rp 400 rb/bulan
Kelebihan
pemakaian dikenakan biaya Rp 0,5/KB
Mobil
• Paket (kuota 500 MB). Biaya Rp 88
rb/bulan
• Paket (kuota 1,2 GB). Biaya Rp 150
rb/bulan
• Paket
(kuota 3 GB). Biaya Rp 250 rb/bulan
Kelebihan
pemakaian dikenakan biaya Rp 0,25/KB
Ngorbit Starone
• Paket 350 MB. Biaya Rp 49 rb/bulan
• Paket 1 GB. Biaya Rp 99 rb/bulan
Berapa
kecepatan internet di beberapa negara
yang paling murah biayanya?
Ironsnya,
kendati masih tergolong mahal, kecepatan akses intenet kita juga termasuk
paling lemot di dunia. Untuk ranking kecepatan akses ini, posisi rangking kita
berada diurutan 148 dunia dari 154 negara, yakni pada angka 1,21 Mbps.
Sedangkan negara-negara lainnya yang memiliki akses terbaik adalah (sesuai
rangking) :
• 1 Korea Selatan 21,71 Mb/s
• 2 Jepang 16.00 Mb/s
• 3 Aland Island 15.02 Mb/s
• 4 Lithuania 13.44 Mb/s
• 5 Latvia 13.35 Mb/s
• 6 Swedia 13.26 Mb/s
• 7 Romania 12.85 Mb/s
• 8 Belanda 12.32 Mb/s
• 9 Bulgaria 12.02 Mb/s
• 10 Republik Moldova 10.00 Mb/s
• 11 Hong Kong (China) 9.52 Mb/s
• 12 Slovakia 8.92 Mb/s
• ——-
• 148 Indonesia 1,21Mb/s
• ——–
• 154 Zimbwabe. Tarif sekali SMS untuk
lokal Zimbabwe adalah USD 5-7 atau dengan kurs rupiah 9,665 per 1 USD tarif
tersebut setara dengan Rp 48.325- Rp 67.665. Cukup untuk membeli beras beberapa
kilogram di Indonesia. Untuk tarif SMS ke luar negeri, lebih gila lagi. Harga
yang dipatok adalah antara $ 12 and $ 20 atau sekitar Rp 115.980,- sampai Rp
193.300. (Sumber TongBerisi.net)
Kesimpulannya
:
Tarif ICT
kita memang masih mahal. Kendatipun ada upaya pemerintah untuk menurunkan tarif tapi belum dapat
direalisasikan karena peranan KARTEL jasa ICT kita masih dominan dan mampu
mengintervensi Pemerintah kita.
Kendatipun
ternyata masih masuk golongan mahal, ironisnya dalam hal akses dan kecepatan
kita masih masuk urutan 148 dunia. Harusnya harga mahal diikuti oleh layanan
optimal dalam berbagai aspek.
Semoga
bermanfaat untuk membuka cakrawala kita semua. Kendati mahal, kita tidak punya
pilihan selain menggunakan tarif dan layanan yang ada untuk tujuan yang
bermanfaat dalam menggunakan jasa dan layanan ICT ini tentunya.
Sumber :
http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/01/02/tarif-internet-kita-mahal-atau-lebih-berkualitas-329789.html