Senin, 17 Oktober 2011

Interaksi Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian maka akan terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain.
Pengertian interaksi sosial
Interaksi sosial adalah hubungan antar individu satu dengan individu lainnya. Individu satu dapat mempengaruhi yang lain begitu juga sebaliknya. (definisi secara psikologi sosial). Pada kenyataannya interaksi yang terjadi sesungguhnya tidak
sesederhana kelihatannya melainkan merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Interaksi terjadi karena ditentukan oleh banyak faktor termasuk manusia lain yang ada di sekitar yang memiliki juga perilaku spesifik. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian di sini dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat melebur diri dengan keadaan di sekitarnya, atau
sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.
Faktor-faktor dasar penyebab interaksi manusia
a. Faktor imitasi, imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain.
Menurut Tarde faktor imitasi ini merupakan satu-satunya faktor yang mendasari
atau melandasi interaksi sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Gerungan
(1966:36). Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan dipengaruhi oleh
sikap menerima dan mengagumi terhadap apa yang diimitasi. Untuk mengadakan
imitasi atau meniru ada faktor psikologis lain yang berperan. Dengan kata lain
imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang ikut berperan,
sehingga seseorang mengadakan imitasi. Bagaimana orang dapat mengimitasi
sesuatu kalu orang yang bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap
apa yang diimitasi itu. Dengan demikian untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya
sikap menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karena itu
imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya. Contoh dari imitasi adalah bahasa;
anak belajar berbahasa melalui peniruan terhadap orang lain selain itu mode-mode
yang melanda masyarakat berkembang karena faktor imitasi.
b. Faktor sugesti, adalah pengaruh psikis yang diterima tanpa adanya kritik
Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri
sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Karena itu segesti dapat dibedakan
(1) auto sugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri, sugesti yang datang dari dalam
diri individu yang bersangkutan, dan (2) hetero sugesti, yaitu sugesti yang datang
dari orang lain. Misal sering seseorang merasa sakit-sakit saja, walaupun secara
obyektif yang bersangkutan dalam keadaan sehat-sehat saja terapi karena
auto-sugesti orang tersebut merasa tidak dalam keadaan sehat, maka ia merasa
tidak sehat. Contoh untuk hetero sugesti adalah misal dalam bidang perdagangan,
orang mempropagandakan dagangannya sedemikian rupa, hingga tanpa berfikir
lebih lanjut orang termakan propaganda itu, dan menerima saja apa yang diajukan
oleh pedagang yang bersangkutan.


Imitasi dan sugesti peranannya dalam interaksi hampir sama besarnya, namun
berbeda. Dalam imitasi, orang yang mengimitasi keadaannya aktif sebaliknya
dengan yang diimitasi dalam keadaan pasif. Sedangkan dalam sugesti orang
dengan sengaja dan aktif memberikan pandangan, norma dan sebagainya agar
orang lain menerima.
Terjadinya proses sugesti mengikuti dalil sebagai berikut :
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila daya kritisnya dihambat. Orang
yang kemampuan berpikirnya kurang atau kurang kritis akan mudah dipengaruhi.
Daya kritis tersebut akan terhambat bila orang terkena stimulus yang bersifat
emosional. Atau dalam keadaan fisik dan jiwa yang lelah. Misal orang yang telah
berjam-jam rapat, ia sudah lelah baik fisik maupun psikologis , adanya keenganan
untuk berfikir secara berat, sehingga biasanya dalam keadaan yang demikian orang
akan mudah menerima pendapat, pandangan dari pihak lain, atau dengan kata lain
orang yang bersangkutan akan mudah menerima sugesti dari pihak lain.
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila kemampuan berpikirnya terpecah
belah (dissosiasi). Orang mengalami dissosiasi bila orang itu dalam keadaan
kebingungan sehingga mudah menerima pengaruh orang lain. Secara psikologis
orang yang dalam keadaan bingung berusaha mencari penyelesaian karena jiwanya
tidak tenteram sehingga mudah dipengaruhi oleh pihak lain.
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila materinya mendapat dukungan
orang banyak (sugesti mayoritas). Dalam dalil ini orang akan mudah menrima
pandangan, nporma, pendapat dan sebagainya bila hal tersebut telah mendapatkan
dukungan mayoritas.
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila yang memberikan materi adalah
orang yang memiliki otoritas. Walau materi yang diberikan sama tetapi kalau yang
memberikan berbeda maka akan terdapat pula perbedaan dalam penerimaan.
Orang yang memiliki otoritas akan cenderung mudah diterima karena tingkat
kepercayaan yang tinggi
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila pada orang yang bersangkutan
telah ada pendapat yang mendahului yang searah. Bila dalam diri orang ada
pendapat yang telah mendahului dan searah dengan yang disugestikan maka
umumnya orang akan mudah menerima pendapat tersebut
c. Faktor identifikasii, adalah dorongan untuk menjadi identik (sama ) dengan orang
lain. . Identifikasi adalah suatu istilah yang dikemukakan oleh Freud, seorang tokoh
dalam psikologi dalam, khususnya dalam psikoanalisis. Contoh anak-anak belajar
norma-norma sosial dari hasil identifikasinya terhadap orang tua mereka. Di dalam
identifikasi anak akan mengabil oper sikap-sikap ataupun norma-norma dari orang
tuanya yang dijadikan tempat identifikasi itu. Dalam proses identifikasi ini seluruh
norma-norma, cita-cita, sikap dan sebagainyadari orang tua sedapat mungkin
dijadikan norma-norma, sikap-sikap dan sebagainya itu dari anak sendiri, dan anak
menggunakan hal tersebut dalam perilaku sehari-hari.
d. Faktor Simpati, merupakan perasaan tertarik kepada orang lain. Oleh karena
merupakan perasaan maka timbulnya atas dasar emosi. Dalam simpati orang
merasa tertarik pada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya,
apa sebabnya tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut.
Lawan dari simpati adalah antipati yaitu merupakan penolakan atau bersifat
negatif. Sedangkan empati adalah kecenderungan untuk ikut merasakan segala
sesuatu yang sedang dirasakan orang lain (feeling with another person).
Teori-teori hubungan interpersonal
Ada 4 model hubungan interpersonal yaitu meliputi :
a. Model pertukaran sosial (social exchange model)
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang
berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya
dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya
(akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
b. Model peranan (role model)
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang
memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan
dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation),
tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar
dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang
berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial
akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah
kemampuan memainkan peranan tertentu.
c. Model permainan (games people play model)
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan
bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan.
Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
• Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku
yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
• Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara
rasional)
• Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman
kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan
kesenangan).
Pada interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian tersebut sedang yang
lain membalasnya dengan menampilkan salah satu dari kepribadian tersebut.
Sebagai contoh seorang suami yang sakit dan ingin minta perhatian pada istri
(kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa sakit suami dan merawatnya
(kepribadian orang tua).
d. Model Interaksional (interacsional model)
Model ini memandang hubungann interpersonal sebagi suatu sistem . Setiap
sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini
menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.


sumber : Apa Definisinya. Manusia sebagai Makhluk Sosial
DR. WA Gerungan, Dipl. Psych. Psikologi Sosial. Penerbit: PT. Refika Aditama, Bandung. Cetakan Pertama, Juli 2004. Hal. 27 dan http://www.adamsains.us/2011/09/makalah-manusia-sebagai-makhluk-sosial.html

 



Apa Definisinya. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html DR. WA Gerungan, Dipl. Psych. Psikologi Sosial. Penerbit: PT. Refika Aditama, Bandung. Cetakan Pertama, Juli 2004. Hal. 27

Cantumkan URL Artikel ini. Sumbernya: Muhammad Adam Hussein. 2011. Judul Artikelnya (ubah dan sesuaikan).http://www.adamsains.us/2011/09/makalah-manusia-sebagai-makhluk-sosial.html
Copyright by ADAMSAINS™ http://www.adamsains.us/ Terima kasih sudah menyebarluaskan artikel ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar