Jumat, 28 November 2014

Tulisan: biaya telekomunikasi




1. biaya telekomunikasi di Indonesia masih mahal / sudah murah, bandingkan juga dengan negara lainnya

Ukuran mahal itu apa? Mahal atau murah sering dikaitkan dengan rata-rata pendapatan masyarakat (income per kapita) dan mutu atau kualitas sebuah produk atau jasa. Dalam kaitan judul postingan ini kita kaitkan dengan Jasa layanan Internet.

Menurut beberapa analisa, tarif internet kita murah. Tapi tahukan kita bahwa tarif internet di hampir seluruh dunia ternyata lebih murah dari yang berlaku di negara kita? 
Salah satu kajian itu adalah seperti informasi yang diterbitkan oleh Badan Komunikasi PBB (ITU)  yang berjudul “Mengukur Masarakat Informasi 2010″ memberi kesimpulan atas hasil kajian di 154 negara, bahwa :

1. Tarif internet termasuk sarana komunikasi dan informasi diberbagai belahan dunia mengalami             penurunan, sedangkan pelyanan di bidang tersebut mengalami peningkatatan pesat.
2.  Rata-rata penurunan tarif  Komunikasi dan Informasi itu berkisar antara 40% - 42%.
3. Jumlah pelanggan telepon seluler (yang mampu mengakses layanan informasi dan komunikasi           dan internet) mencapai 5 Milyar orang di seluruh dunia.
4. Negara yang paling murah mengenakan tarif Komunikasi dan Informasi (termasuk internet)                adalah : Hongkong, Singapore, Kuwait, Luxemburg, AS, Denmark, Norwegia, Inggris dan Selandia      Baru.
5. Cina dan Makao merupakan wilayah yang paling murah mengenakan tarif Komunikasi dan                 informasi.

Dimanakah letak ukuran mahal atau murah tarif Komunikasi dan Informasi negara kita? Banyak kita temukan perang tarif berbagai operator seluler di negara kita, hampir semua operator menerikkkan “yel-yel” yang sama bahwa mereka memberikan tarif dan layanan yang murah dan mudah. Tapi apa yang terjadi :

• Sepertinya ada semacam  kesepakatan mirip menjembak konsumen kita yang belum perduli betul dengan kondisi yang sebenarnya terjadi. Kesannya ada semacam “Kartel” yang berpengaruh di negara kita dalam menerapkan tarif. Semua sepakat seolah-olah perduli dengan tarif, kenyataannya malah menjebak dengan trik and tips masing-masing yang semuanya bermuara pada kondisi “Pertahankan Profit Margin Optimal”

• Jika ada tarif yang lebih murah, mereka mempermainkan pelanggan di bidang lainnya, kecepatannya dikurangi, diberi quota khusus, diberi limit waktu yang sifatnya situasinonal dan kondisional, atau malah hanya berlaku pada dari jam tertentu ke jam tertentu. Paling sering dialami pelanggan adalah terpkasa gonta-ganti kartu baru dengan harga yang relatif mahal.
Atas kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menurunkan tarif intenet (Komunikasi dan Informasi) sebesar  42%  seperti yang telah  disampaikan oleh Dirjen Postel Basuki Yusuf dan Menkominfo Tiafatul Sembring pada Juni 2010 lalu yang belum terealisir hingga saat ini.
Mahalnya tarif internet juga diakuit oleh  Kepala Pusat dan Humas Kemkominfo, Gatot S Dewa Broto, tujuan utama dari kebijakan pemerintah meyelenggarakan telekomunikasi untuk akses broadband menggunakan spektrum frekuensi Broadband Wireless Access (BWA) dan seleksi penyelenggaraannya pada pita 2.3 GHz dan 3.3 GHz untuk  mendorong ketersediaan tarif akses internet yang terjangkau (murah) di Indonesia, seperti yang dsiampaikan oleh Suara Media.com pada Maret lalu.
Sebagai pembanding mahal atau murah mari kita lihat tarif Telkom (speddy) yang kita anggap tarif termurah di tanah air bandung dengan tarif metrodatapath yang berkedudukan di Arizona AS,  sebagai berikut ;
    




Penyebab tarif  ICT yang  Mahal.
Mahalnya tarif Internet di Indonesia diakui juga oleh pendatang baru dalam layanan Internet berteknologi tinggi, yakni berbasis WIMAX (worlwide interoprability for micorwafe Access) yaitu sebuah perusahaan penyedia jasa internet yang baru operasi di tanah air yakni PT First Media tbk, perusahaan yang menjanjikan mampu mengurangi  biaya pemakaian internet perbulan dari Ro.750  ribu /Mbps  menjadi Rp.300 ribu hingga Rp.500 ribuan per bulannya untuk 1 Mbps.
Pertanyaannya, mengapa perusahaan itu bisa menghadirkan tarif yang lebih kompetitif, padahal teknologi yang digunakannya tergolong canggih yakni menggunakan teknologi spektrum pita lebar seperti wi-fi yang mampu memberi layanan setara dengan 75 Mbps.

Apakah operator penyedia layanan Informasi dan  Komunikasi tidak menggunakan teknologi ini atau pura-pura tidak mempublikasikan pemakaian teknologi atau malah menutup-nutupi infirmasi tentang hal ini agar masyarakat teknologi tidak terpancing melihat ke arah ini? Katakanlah masyarakat awam tidak perduli dengan hal ini tapi masyarat intelektual yang mengetahui hal ini apakah bisa diabaikan begitu saja?
    Memang ada yang mengatakan bahwa mahalnya tarif intenet di negara ini ada kaitan dengan jenis serat optik yang dipakai (tertanam di dasar laut). Negara kita yang posisinya berada di Katulistiwa terlalu jauh jangkauannya menuju penyedia internet  di AS. Semakin jauh jauh dengan penyedia Internet semakin panjang bula Backbone atau kabel serat optik tadi diperukan, artinya semakin besar biaya investasinya.
Berbeda dengan jepang, Taiwan dan China yang relatif  lebih  dekat  kita mau tidak mau harus melalui jarak yang panjang tersebut.  Dalam hal ini kita mendapat Backbone Tier-1 oleh pemilik Backbone di AS. Disamping jarak Backbone yang panjang, kita juga hanya memiliki 2 routing  (akses) saja yakni Routing Singapore dan  Routing Australia. Berbeda dengan negara-negara tersebut di atas, mereka route yang lebih banyak, yakni Rusia, China, Taiwan dan AS. Semakin banyak route nya semakin kompetitiflah harganya.

Jika mengacu kepada persoalan backbone dan routing  yang mahal, sementara di sisi lain ternayta ada perusahaan penyedia layanan tarif yang mampu menekan harga hingga 42% seperti di atas, jadi sebetulnya apa yang tejadi? Kenapa tarif internet (ICT) kita masih tergolong mahal. Menurut data badan komunikasi dunia (ITU) kita malah tidak termasuk dalam kelompok negara yang menerapkan tarif murah?

Sekadar perbandingan tarif operator yang reguler (Non Promosi) yang dikutip dari Babeh.net.com hari ini (2 Januari 2011), tarifatau biaya internet berbasis volume (Based volume) di negara kita dapat dilihat sebagai berikut :

XL 3G HSDPA
•          Paket Xplorer (kuota 250 MB). Biaya Rp 99 rb/bulan
•          Paket Xtion (kuota 1 GB). Biaya Rp 279 rb/bulan
•          Paket Xtreme (kuota 3 GB). Biaya Rp 499 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 0,4/KB

Telkomsel Flash
•          Paket Basic (kuota 500 MB). Biaya Rp 125 rb/bulan
•          Paket Advance (kuota 1 GB). Biaya Rp 225 rb/bulan
•          Paket Pro (kuota 3 GB). Biaya Rp 400 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 1/KB

Indosat 3,5G
•          Paket Economy (kuota 500 MB). Biaya Rp 90 rb/bulan
•          Paket Extra Light (kuota 1,25 GB). Biaya Rp 200 rb/bulan
•          Paket Medium  (kuota 3 GB). Biaya Rp 400 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 0,5/KB

Mobil
•          Paket (kuota 500 MB). Biaya Rp 88 rb/bulan
•          Paket (kuota 1,2 GB). Biaya Rp 150 rb/bulan
•          Paket  (kuota 3 GB). Biaya Rp 250 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 0,25/KB

Ngorbit Starone
•          Paket 350 MB. Biaya Rp 49 rb/bulan
•          Paket 1  GB. Biaya Rp 99 rb/bulan
Berapa kecepatan  internet di beberapa negara yang paling murah biayanya?
Ironsnya, kendati masih tergolong mahal, kecepatan akses intenet kita juga termasuk paling lemot di dunia. Untuk ranking kecepatan akses ini, posisi rangking kita berada diurutan 148 dunia dari 154 negara, yakni pada angka 1,21 Mbps. Sedangkan negara-negara lainnya yang memiliki akses terbaik adalah (sesuai rangking) :
•          1 Korea Selatan 21,71 Mb/s
•          2 Jepang 16.00 Mb/s
•          3 Aland Island 15.02 Mb/s
•          4 Lithuania 13.44 Mb/s
•          5 Latvia 13.35 Mb/s
•          6 Swedia 13.26 Mb/s
•          7 Romania 12.85 Mb/s
•          8 Belanda 12.32 Mb/s
•          9 Bulgaria 12.02 Mb/s
•          10 Republik Moldova 10.00 Mb/s
•          11 Hong Kong (China) 9.52 Mb/s
•          12 Slovakia 8.92 Mb/s
•          ——-

•          148 Indonesia 1,21Mb/s
•          ——–
•          154 Zimbwabe. Tarif sekali SMS untuk lokal Zimbabwe adalah USD 5-7 atau dengan kurs rupiah 9,665 per 1 USD tarif tersebut setara dengan Rp 48.325- Rp 67.665. Cukup untuk membeli beras beberapa kilogram di Indonesia. Untuk tarif SMS ke luar negeri, lebih gila lagi. Harga yang dipatok adalah antara $ 12 and $ 20 atau sekitar Rp 115.980,- sampai Rp 193.300. (Sumber TongBerisi.net)


Kesimpulannya :
Tarif ICT kita memang masih mahal. Kendatipun ada upaya pemerintah untuk  menurunkan tarif tapi belum dapat direalisasikan karena peranan KARTEL jasa ICT kita masih dominan dan mampu mengintervensi Pemerintah kita.
Kendatipun ternyata masih masuk golongan mahal, ironisnya dalam hal akses dan kecepatan kita masih masuk urutan 148 dunia. Harusnya harga mahal diikuti oleh layanan optimal dalam berbagai aspek.
Semoga bermanfaat untuk membuka cakrawala kita semua. Kendati mahal, kita tidak punya pilihan selain menggunakan tarif dan layanan yang ada untuk tujuan yang bermanfaat dalam menggunakan jasa dan layanan ICT ini tentunya.

Sumber  :
                 http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/01/02/tarif-internet-kita-mahal-atau-lebih-berkualitas-329789.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar